Membangun Sinergi dengan Mengabdi

APRILIA HARVYE SOVIA DEWI
15610081 . G.59.2017 . 6 years ago

Membangun Sinergi dengan Mengabdi

Kuliah Kerja Mahasiswa, begitulah sebutan untuk kegiatan pengabdian yang diselenggarakan oleh pihak Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. KKM telah menjadi salah satu program rutin dan menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dari Tri Dharma yang ketiga inilah diharapkan selalu ada hubungan antara perguruan tinggi dengan masyarakat, untuk mengantisipasi terjadinya isolasi perguruan tinggi dari masyarakat sekitarnya. Dengan adanya KKM ini, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama di perguruan tinggi dan dapat diterapkan langsung kepada masyarakat. Bahkan salah satu pemateri di Pembekalan KKM mengatakan bahwa, KKM dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat bisa mandiri.

Menurut saya, ekspektasi itu terlalu tinggi untuk mahasiswa yang hanya tinggal dan menetap selama 30 hari. Jika satu tahun tidak cukup bagi pemerintah setempat untuk memberdayakan masyarakatnya, akan menjadi hal yang luar biasa bagi sebelas orang mahasiswa KKM yang diterjunkan ke desa-desa, ternyata mampu untuk memberdayakan masyarakat hanya dalam waktu singkat. Dengan hanya bekal pemetaan yang dilakukan, mahasiswa dianggap bisa mengenal kondisi desa atau masyarakat sekitar dan dianggap mampu untuk memberikan solusi-solusi praktis kepada masyarakat atas permasalahan-permasalahan yang ada.

Bagaimana kesiapan mahasiswa sendiri? Apakah KKM hanya sebagai proses menggugurkan salah satu syarat belajar, sehingga KKM terkesan tidak lebih dari sekedar beban yang harus cepat-cepat diselesaikan. Atau tipe kedua yaitu memang merupakan rasa kesadaran untuk merasakan bagaimana kondisi masyarakat dan berbuat sesuatu untuk mereka. Bagi sebagian mahasiswa, dengan adanya KKM akan menjadi ajang melatih diri untuk bersikap kritis. Menyadari tentang ketidak sesuaian pemerintah daerah dalam melayani masyarakat, kondisi perekonomian desa yang tak kunjung membaik, infrastruktur desa yang tak kunjung diperbaiki, dan hal lainnya yang menyentuh hati, membuka mata, membuka pikiran, dan mendorong tindakan-tindakan mahasiswa yang biasanya sibuk dengan urusan akademiknya saja.

Selama waktu KKM tersebut mahasiswa dihadapkan pada tantangan bagaimana membuat dan melaksanakan program kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun pada kondisi lapangan yang saya dan kelompok ketahui, kenyataan bisa berbeda dengan ekspektasi awal. Mahasiswa memang merangkai program kerja, tapi pada penerapannya, kami kadang memiliki pemikiran dan tindakan yang mungkin tidak sesuai dengan harapan. Untuk itu, evaluasi intra maupun inter personal, manajemen waktu dan finansial, serta manajemen konflik internal maupun eksternal di lapangan perlu pengelolaan yang lebih terarah dan teratur.

KKM pun sempat menjadi keluh kesah bagi sebagian mahasiswa, “Lelah 30 hari hanya demi 2 SKS” kata salah seorang teman. Ada pula yang berpendapat bahwa lebih baik langsung praktik kerja lapangan saja, jelas kegunaan ilmu yang diperoleh. Dari berbagai keluh kesah inilah saya sadar bahwa ternyata banyak mahasiswa yang pintar akademiknya saja, tapi melupakan darimana mereka berasal, dan untuk apa nantinya pengetahuan yang mereka peroleh selama duduk di bangku perkuliahan selama ini, selain untuk kembali kepada masyarakat itu sendiri. Dan bagi saya pribadi, KKM memberikan pengalaman belajar tersendiri setelah berada langsung ditengah-tengah masyarakat. Kecerdasan emosional, spiritual, kepemimpinan, komunikasi, kerja tim, kesabaran, keikhlasan, semua dipadukan menjadi satu disini.

Sekali lagi, hasil pendidikan di bangku kuliah bukan hanya sekedar dengan mengukur angka, tapi bagaimana ukuran dalam memberikan hati kepada masyarakat sehingga akan menjadi manusia unggul bagi orang-orang disekitarnya

Ttd

Aprilia Harvye Sovia Dewi


coded by muchad with <3