30 Hari Bercerita

FARIDATUL HUSNA
17610069 . G.128.2020 . 4 years ago


Jejak hari pertama, saya langkahkan dengan penuh rasa takut. Bagaimana tidak, dari 14 teman di kelompok saya, hanya ada 1 yang memang sudah saya kenal sejak dahulu. Namun, Ummi selalu memberikan motivasi agar saya bersemangat untuk mengikuti KKM. Seperti filosofi kaktus, “jadilah kuat”. Tak pernah mengeluh meski di padang tandus, ikhlas membuatnya kuat bertahan, dan mampu bersabar menanti bunga di akhir hidupnya. Kaktus juga tanaman yang mandiri, dapat melindungi diri sendiri, bahkan duri menjadi jati diri. Benar kata Ummi, segala ketakutan yang saya rasakan, mulai berganti dengan tawa yang selalu tercipta. Penerimaan teman-teman yang ikhlas atas kehadiran saya di ruang waktu hidup teman-teman, pun warga sekitar yang selalu menyambut dengan senyum ketika berjumpa. “Monggo Pak, Bu”, begitu ucap saya ketika berjumpa dengan warga sekitar, dan akan selalu mereka jawab dengan kata “nggih, monggo pinarak”, disertai senyum yang merekah di pipi mereka. Satu hari, dua hari, bahkan sudah hampir satu bulan terlewati, saya bertemu dengan banyak cerita disini. Tidak mengapa saya tidak dapat mengikuti 30 hari bercerita yang biasa saya ikuti ditahun-tahun sebelumnya, namun kali ini saya akan menumpahkan 30 hari bercerita saya disini.

Argosuko mejadi lokasi yang harus saya tinggali selama KKM. Dari Kota Malang, saya harus menempuh jarak 21 km dengan estimasi waktu hampir 1 jam untuk menuju Argosuko. Daerah dengan iklim yang tidak terlalu dingin, pun tidak terlalu panas. Desa yang masih asri, belum terpapar polusi, hijau dedaunan mewarnai setiap temu kami. Argosuko menjadi tempat pertemuan saya dengan teman-teman baru saya, disana kami mengukir banyak cerita dan cinta selama hampir satu bulan lamanya. Hari-hari kami lalui dengan suka, begitu banyak tawa yang selalu tercipta dari cerita yang tersaji.

Langkah kami beriringan dalam merencanakan dan melaksanakan setiap program kerja yang terencana, saling membantu dan saling-saling yang lain. Program kerja yang kami rencanakan tentu berdasarkan keadaan yang sesuai dengan desa Argosuko. Argosuko yang dikenal sebagai desa penghasil buah Belimbing, Jambu, Salak, Durian, dan berbagai macam sayuran ini memiliki banyak potensi yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat luas. Banyak petani buah dan sayur yang memilih untuk langsung menjual buah kepada pembeli karena tidak ingin lebih repot untuk mengolah buah dan sayuran yang ada. Kualitas buah dan sayuran yang ada di desa Argosuko tidak perlu ditanyakan lagi, jelas kualitasnya sangat baik, bahkan pasar dari buah dan sayuran di desa Argosuko ini adalah supermarket terkenal yang berada di kota-kota. Tentu tidak hanya dari kota Malang, namun pembeli buah dan sayuran dari desa Argosuko ini juga dari berbagai wilayah di Indonesia. Tidak hanya dijual secara mentah, desa ini pun telah berhasil mengolah buah-buah yang ada menjadi sesuatu yang baru. Seperti Ibu Mulyani, yang mengolah buah Belimbing, Salak, dan Jambu menjadi minuman segar bernama Sari Belimbing, Sari Salak, dan Sari Jambu. Selain diolah menjadi minuman segar, buah Belimbing pun diolah menjadi manisan Belimbing. Bahkan, Ibu Mulyani juga mengolah berbagai tanaman obat keluarga menjadi jamu-jamuan instant juga manisan jamu. Melimpahnya buah yang ada di desa ini, telah dimanfaatkan dengan baik oleh warga setempat. Selain Ibu Mulyani, ada pula yang memanfaatkan buah kelapa untuk diolah menjadi wingko. Untuk rasa, mungkin tidak diragukan lagi bagaimana rasanya karena sudah terjual ke luar daerah Argosuko.

Desa dengan masyarakatnya yang rukun, tergambar dari bagaimana aktifitas-aktifitas warga setempat setiap harinya, yang selalu bergotongroyong untuk membantu satu sama lainnya. Penerimaan masyarakat yang baik, juga anak-anak di desa Argosuko yang gembira menyambut kedatangan kelompok saya. Pertemuan dengan anak-anak di sekitar posko semakin intensif karena tidak hanya melakukan bimbingan belajar di posko, saya juga ikut mengajar di beberapa TPQ di desa Argosuko. “Setiap anak berhak mendapatkan ilmu untuk belajar membaca Al-Qur’an”, begitu kata Ibu Hanik selaku Ustadzah di salah satu TPQ. Semangat dalam mengaji, terpancar dari setiap langkah kaki dengan mata yang berbinar, pula huruf demi huruf hijaiyah yang dilantunkan. Usil dengan teman sudah menjadi fitrah anak-anak di TPQ, namun sering saya marah karena ada saja yang menangis ketika diusilin oleh teman sebaya mereka.

Jauhnya akses menuju tempat berobat, membuat masyarakat Argosuko rajin mengikuti kegiatan cek kesehatan di posyandu dan posbindu yang dilakukan oleh bidan dan perawat desa Argosuko. Sadar akan pentingnya kesehatan dan mahalnya berobat, Ibu Kades pun berinisiatif agar seluruh rumah yang ada di desa Argosuko memiliki tanaman obat keluarga, dan untuk mengimplementasikan hal tersebut, kami melakukan penyuluhan terkait pentingnya dan khasiat serta cara pengolahan tanaman obat keluarga dengan mengundang setiap Ibu RT, Ibu RW, juga Ibu-ibu kader kesehatan di desa Argosuko agar menyampaikan kepada setiap tetangga yang ada di sekitarnya. Tidak berhenti pada penyuluhan terkait tanaman obat keluarga, kami pun melakukan penanaman tanaman obat keluarga yakni temulawak dan daun pegagan di dalam polybag di dusun Wangkal Kidul. Ini adalah langkah pertama, sebagai percontohan tanaman obat keluarga di desa Argosuko.

Selama di posko KKM, sedikit banyak saya jengkel dengan letak posko yang sngat susah untuk mengakses internet. Namun itu yang membuat saya dengan teman-teman kelompok saya semakin erat karena jauhnya gadget dari keseharian kami. Hal ini membuat beberapa teman saya berinisiatif untuk mengajukan proposal pengadaan tower di desa Argosuko. Teman-teman begitu semangat sehingga bergerak cepat untuk menyelesaikan proposal dan segera mengajukan ke KOMINFO dan beberapa provider.

Sembari menunggu jawaban, meskipun susah untuk mengakses internet, hari-hari saya di posko terasa baik-baik saja. Adanya teman-teman yang lucu, membuat saya tak merasa takut lagi dengan mereka. Seiring dengan pudarnya ketakutan, ternyata semuanya hampir selesai. Tiada terpungkiri, jika setiap perjumpaan memiliki perpisahan pada masanya. Teman-teman, semoga yang terpanjatkan adalah kita dapat meretas temu di banyak dimensi waktu yang akan datang. 30 hari yang tak terasa, 30 hari dengan segenap cerita dan cinta.


coded by muchad with <3