Gema Seni di Lereng Selatan Gunung Kawi

NADIYA FADHILA SAKTI
17170036 . G.151.2020 . 4 years ago

Gema Seni di Lereng Selatan Gunung Kawi




5e34d3191bf856f584ebaf732.jpg


29 Desember 2019 merupakan awal dari segalanya. Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari yang terdiri dari dusun Wonosari, Sumbersari, Pijiombo, dan Kampung Baru merupakan tujuanku beserta ke-14 mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang lainnya menempuh KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa). Terletak di ketinggian kurang lebih 800 mdpl, memberikan nuansa sejuk di siang hari serta dingin di malam hari.

Hijau pepohonan, kebun teh kecil-kecilan, hamparan ladang bunga mawar, serta umbi-umbian tak sulit ditemukan di desa yang asri ini. Seperti yang diketahui, Desa Wonosari merupakan tempat wisata spiritual karena di dalamnya terdapat Pesarean Gunung Kawi. Setiap harinya banyak peziarah yang datang, terlebih dari luar daerah. Sepanjang jalan menuju area pesarean disediakan tempat bagi warga yang ingin berjualan. Bunga mawar dan hasil kebun warga banyak dijual di sini. Tak heran jika sebagian penduduk menjadikan berkebun sebagai mata pencaharian utama.

Setiap daerah memiliki kebudayaan dengan ciri khas masing-masing, begitu pula Jawa. Kebudayaan Jawa dengan segala keindahan, mengandung nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Tata krama masih sangat terjaga, ‘unggah-ungguh’ diterapkan. Desa Wonosari, sudah sepatutnya menjadi contoh di tengah krisisnya rasa cinta budaya yang saat ini terjadi di Indonesia. Antusiasme warga dalam Nguri-uri Kabudayan Jawi (Menjaga budaya jawa) dibuktikan dengan tetap berjalannya kesenian wayang kulit, karawitan, tari tradisional, rampak, jaranan, dan banthengan.

Malam puncak tahun baru merupakan awal dari kelompok kami berpartisipasi dalam acara kebudayaan yang dilaksanakan di lapangan area pesarean gunung kawi. Berbagai pertunjukan yang menarik, memotivasi kami untuk mengenal lebih dalam, mempelajari tentang kesenian yang sudah lama ada di Wonosari. Langkah awal, menemui para pemain kesenian Banthengan yang ada di dusun Kampung Baru, dari pertemuan tersebut kami mengetahui tentang sejarah kesenian Banthengan, apa saja yang diperlukan, berapa jumlah pemain, bahkan seberapa rutin latihan diadakan. Kesenian Banthengan sudah berkembang lama di Desa Wonosari, dilestarikan secara turun-temurun. Jumlah pemain lebih dari 20 orang, serta latihan yang diadakan rutin seminggu sekali.

Langkah selanjutnya yang kami ambil, menemui dalang muda bernama Mas Wahyu. Berbincang mengenai sejarah wayang, cerita-cerita dalam pewayangan, bahasa yang digunakan, serta melihat langsung bagaimana pertunjukan wayang berlangsung. Wayang kulit merupakan salah satu media yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam menyampaikan dakwahnya. Sementara cerita-cerita dalam pewayangan, lebih banyak mengambil tentang budaya Hindu, contohnya adalah Mahabharata dan Ramayana. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Jawa Kawi. Pertunjukan wayang diawali dengan nyanyian merdu para sinden diiringi dengan tabuhan gamelan, untuk selanjutnya sang dalamg yang berperan menceritakan kisah para tokoh dalam wayang.

Pada intinya, Wonosari merupakan desa yang sangat pantas untuk dikagumi, terlebih dalam hal melestarikan budaya. Sesuatu yang saat ini sangat sulit untuk dilakukan dikarenakan semakin mudahnya akses budaya Barat untuk masuk ke Indonesia. Generasi muda khususnya, masyarakat pada umumnya sudah seharusnya memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga budaya yang ada, terlebih mengembangkannya. Sekian, salam budaya !


coded by muchad with <3