Segudang Pengalaman, Sejuta Kenangan

ACHMAD ALFANUL HAKIM ROCHIMULHIDAYAH
15320038 . G.177.2017 . 7 years ago

Jam Tangan Pemberian Warga

 

Dempok, 04 July 2017, kami harus rela berangkat ketempat KKM tanpa ketua kami. Awalnya saya sudah curiga, mengapa ketua kelompok kami tidak ada kabar sama sekali. Padahal, hari itu adalah pemberangkatan KKM. Kami mencoba menghubungi, namun tidak ada balasan. Tiba-tiba, ada salah seorang dari kelompok mendapat kabar dari temannya bahwa ketua kami sakit dan opname di RS nganjuk. Kami pun kaget karena baru mengetahui kabar tersebut ketika akan berangkat. Akhirnya dengan sangat terpaksa, kami pun berangkat tanpa ada ketuanya. Anak laki-laki yang awalnya 4 berkurang menjadi 3.

Kami tiba di dusun Dempok sekitar jam 08.00 malam, kami sudah konfirmasi ke bapak ta’mir masjid bahwa kami akan tiba di tempat KKM hari itu, bapak ta’mir juga bilang bahwa nanti ada rapat rutin tokoh masyarakat desa di musholla beliau. Setibanya disana, kami langsung mengikuti rapat tersebut. Di akhir rapat, bapak ta’mir memberitahukan bahwa akan ada anak-anak KKM di dusun Dempok tersebut. Tiba-tiba kami disuruh sambutan/perkenalan di depan warga ketika itu. Saat itulah cerita saya di mulai. Kebetulan pada saat itu, teman-teman menunjuk saya untuk berbicara. Namun, itu adalah pengalaman pertama saya berbicara di depan warga desa. Rasa takut, grogi, minder keluar semua pada waktu itu. Saya yang notabene memang belum menguasai publik speaking, di tambah bicara sama warga masyarakat yang kesehariannya menggunakan bahasa Madura semakin menambah kecepatan detak jantung saya. Akhirnya, karena terpaksa, saya pun memperkenalkan diri dan teman-teman saya dengan singkat, dan saya sempat bingung mau ngomong apalagi, setelah itu saya memberikan micnya ke teman saya yang bisa bahasa Madura untuk melanjutkan perkenalan tersebut dan akhirnya rapatpun selesai.

Kemudian selang beberapa hari, kami merasa bahwa kami seperti kapal yang kehilangan nahkoda, mau tidak mau kami harus mempunyai ketua, entah kenapa teman-teman memilih saya untuk menjadi ketua. Padahal saya tahu kekurangan dan kemampuan saya seperti ini. Awalnya saya sempat menolak, karena saya merasa kurang mampu. Akhirnya atas saran dan dorongan dari teman-teman, saya bersedia menjadi ketua kelompok 177. Namun, itu berupakan tanggung jawab yang amat berat bagi saya. Memang tidak mudah, apalagi bagi saya yang belum terbiasa memimpin. Memberikan sambutan ketika ada acara adalah tantangan yang besar bagi saya. Mungkin bagi yang telah terbiasa, itu adalah hal kecil yang mudah. Namun bagi saya itu adalah tantangan yang sangat besar.

Suatu hari ketika kami ada peresmian program kami green village (kampung hijau) yang diresmikan oleh pak camat kec. Pagak. Acara tersebut sangat mendadak karena menyesuaikan dengan jadwal pak camat. Tentunya juga ada sambutan dari ketua kelompok nantinya. Sambil menyiapkan sound alat-alat yang di butuhkan dan mengundang warga sekitar, saya juga memikirkan apa nanti yang akan di sampaikan. Saya sudah mempunyai gambaran tetapi cuma sekilas. Sayangnya, entah kenapa, pada saat tiba waktunya sambutan, semua yang ada di fikiran saya seperti hilang lenyap seketika. Alhasil, sambutan saya sangat pendek dan kurang memuaskan. Saya benar-benar malu pada saat itu. Teman-teman saya sehabis acara juga bilang kalo sambutan saya kurang panjang dsb. Padahal dalam hati, saya juga sudah berusaha keras. Namun saya sadari bahwa saya memang belum terbiasa berbicara di depan. Saya sangat menyesal kepada diri saya sendiri, mungkin juga karena di depan bapak camat jadi agak grogi. Sejak saat itulah saya merasa terdorong dan tercambuk untuk bisa menjadi lebih baik.

Hari-hari berlalu dengan kegiatan-kegiatan kami, tiba akhirnya kami untuk pamitan kepada warga. Sebelum itu kami mengadakan lomba-lomba adik-adik TPQ Masjid Nurul Jawad. Mereka sangat antusias dan bersemangat mengikuti lomba-lomba itu. Bahkan banyak dari orang tua wali murid menyaksikan lomba itu. Mereka terlihat sangat gembira menyaksikan anaknya mengikuti lomba. Sehari setelah perlombaan tersebut. Setiap sore menjelang penutupan Kami juga melatih adik-adik tpq untuk mengisi acara penutupan tersebut. Akhirnya tiba di penutupan KKM, malam itu kami mempersiapkan semuanya, tapi saya masih kefikiran dengan sambutan nanti, saya mencoba untuk mempersiapkannya matang-matang. Sambil menata tempat, sound, banner dll, dalam hati saya menerka-nerka apa yang nanti akan saya sampaikan. Rasannya hampir sama ketika akan sambutan di depan bapak camat. Tapi saya tidak mau kejadian kemarin terulang lagi.

Kemudian, di sela-sela waktu tersebut saya mencoba mengetik point-point yang akan saya sampaikan di hp saya. Akhirnya, tiba waktu saya untuk menyampaikan sambutan. Alhamdulillah, saya bisa menyampaikan point-point tersebut dengan baik meskipun tanpa melihat catatan point tadi. Mulai dari bersyukur mendapatkan tempat KKM seperti di sana, dibandingkan dengan tempat KKM yang lain. berterimakasih atas diterimanya kami di dusun tersebut, meminta maaf apabila selama KKM disitu ada salah, tingkah laku atau perkataan yang kuran sopan, serta pesan kesan kepada warga dan adik-adik TPQ. Semuanya tersampaikan, bahkan, sesekali saya bisa membuat warga tertawa akan cerita saya.

 Salah satu ceritanya adalah suatu hari ada teman saya juga dari tempat KKM di kecamatan pagak. Namun, tempatnya lebih jauh dari tempat KKM saya. Dia seperti tidak begitu kerasan di tempat KKMnya dan sering berkunjung ke tempat KKM saya. Kebetulan pada hari itu ada acara kenduri di salah satu rumah warga, kami mendapatkan sambutan yang baik ketika disana apalagi dengan hidangan-hidangan yang membuat teman saya terheran-heran. Mulai dari jajanan suguhan sebelum tahlil, makan nasi dengan lauk ikan mujair yang besar-besar. Setelah itu masih ada nasi berkat untuk dibawa pulang. Tidak hanya itu, ketika kami akan pulang, kami dibawakan jajaan suguhan tadi oleh warga dengan dimasukan tempat nasi berkat tadi. Lalu, kami juga dibawakan pisang besar-besar 1 cengkeh yang dimasukkan ke kardus untuk dibawa. Dan saat itulah teman saya berkata, “kalau kayak gini caranya, saya KKM disini sebulan lagi juga mau” candanya. Cerita itu saya ceritakan kepada warga. Warga tertawa dan bahkan ada salah seorang warga yang menyahuti “1 tahun lagi juga gak papa mas” katanya. Saya pun ikut tertawa.

Saat itulah saya merasa nyaman berbicara di depan orang banyak. Rasa gugup, tegang berangsur angsur menghilang. Sebelum saya mengakhiri sambutan itu, saya meminta adik-adik TPQ mempraktekkan suatu tepuk yang telah saya ajari. Secara spontan dan tanggap mereka langsung melakukannya, padahal tidak direncanakan sebelumnya. Saya sangat senang dan saya mengakhiri sambutan saya dengan pamitan dan berkata kepada warga wali murid dan adik-adik TPQ. Tidak terasa satu bulan terasa sangat cepat ya Pak.. Bu.., ingin rasanya untuk terus disini. Namun, apalah daya kami harus kembali ke Malang untuk melanjutkan pendidikan kami. Setelah selesai sambuatan saya merasa sangat lega dan senang. Teman-teman yang sebelumnya banyak yang bilang sambutan saya, yang terlalu singkat bahkan akhirnya memuji saya.

Sebenarnya, esok harinya kami harus pulang. Namun warga merencanakan untuk membakar ikan bersama dengan kelompok kami untuk perpisahan. Bahkan mereka telah iuran untuk membeli ikan dan dibakar bersama kami. Kami sangat terharu dan memutuskan untuk menginap sehari lagi. Malamnya sesuai kesepakatan kami bersama warga membakar ikan bersama-sama. Kami bercanda gurau bersama warga sampai larut malam tanpa sadar bahwa itu adalah malam terakhir kami di sana.

Satu lagi yang menurut saya paling berkesan. Yakni pada saat bakar-bakar ikan bersama warga, setelah selesai saya akan mengambil air minum. Kebetulan saat itu saya bersama salah seorang warga yang telah akrab dengan saya namanya mas Sugiantoro atau biasa di panggil mas Kuplek. Dia bertanya dimana airnya. Saya menjawab disana mas. Setelah selesai minum. Tiba-tiba mas Sugiantoro menghampiri saya dan berkata “jam ku iki gowoen mas, gawe kenang kenangan (jam tanganku bawa aja mas buat kenang kenangan)” sambil menyerahkan jam tangan yang dipakainya kepada saya. Saya bingung dan hampir tidak percaya. Saya bertanya lagi, yang bener mas? Ini kan jamnya sampean?”. “Wes gowonen ae, lek gak gelem yo kudu gelem” (udah bawa aja, kalo gak mau ya harus mau)” jawabnya. “Lek gak seneng ojo dinggo simpenen ae cek ileng aku” (kalau gak suka ga usah dipakai, tapi simpan aja biar ingat saya) tambahnya. Akhirnya saya terima jam tersebut, dan berterima kasih kepadanya. Saya sangat terharu dan senang.

Sampai sekarang pun saya masih saling menyapa di whatsapp. Dan sepulangnya saya dari KKM saya menyampaikan terimakasih kembali dan masih bertanya lagi seakan tak percaya, saya berkata “suwun lo mas jam.e iki tenan a?” (makasih lo mas jamnya, ini beneran ta?). “Iyo aku Cuma berharap nanti kamu ingat aku dan kampungku. Karena aku melihat kamu orangnya serius dan taat beribadah. Berjalannya waktu dan mengikuti alurnya jam kamu akan menemukan tujuan yang kamu impikan.” Jawabnya. Aku membalas. MasyaAllah.. Aamiin mas saling mendoakan aja mas semoga sama-sama sukses. Terima kasih banyak mas, belum bisa membalas apa-apa. Semoga Allah yang membalas”. Amiin.. jujur berkali-kali ada KKM datang aku gak pernah seperti ini. Diantara semua teman-teman kamu, Cuma kamu yang tulus bergabung dengan warga. Aku berharap kamu jadi orang besar.” Jawabnya. Saat itu saya merinding dan ingin menangis membacanya.

Diluar itu semua, saya bersyukur mendapat banyak ilmu yang tak mungkin saya dapatkan di bangku kuliah, yakni ilmu bermasyarakat. Tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, hal itu juga bisa menjadi pembelajaran kehidupan bagi kita (mahasiswa) sebelum menyongsong kehidupan bermasyarakat di masa mendatang. Kegiatan KKM ini juga sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk pengaplikasian ilmu yang telah didapat. Untuk apa kuliah jika tidak bisa hidup bermasyarakat. Seberapa tinggi jabatan, dan seberapa kaya harta kita. Tetap saja, we can’t life alone, without others. Right? Dari situ saya sadar arti “mahasiswa sebagai agent of change”.

Alhamdulillah..Terakhir, Saya berharap semoga Masyarakat Dempok dapat terus berkembang menjadi lebih baik dan semakin sejahtera nantinya Aamiin. Merupakan pengalaman yang tak terlupakan KKM di Dusun Dempok kulon kali. It’s my unforgettable moment there, masih banyak pengalaman, yang tak bisa saya tulis semua disini. Semoga kegiatan KKM dapat terus berkembang menjadi lebih baik. Aamiin.

 

coded by muchad with <3